Perusahaan roti “Bu Harno” mulai dirintis sejak tahun 1982 oleh bapak dan ibu Suharno. Bentuk perusahaan adalah berupa usaha perseorangan, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh perseorangan, dimana pemilik sebagai pemimpin perusahaan, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua resiko kegiatan perusahaan.
Perusahaan roti “Bu Harno” adalah
perusahaan yang memproduksi aneka makanan, terutama roti untuk keperluan pesta,
misalnya :
Roti : Bolu, Krumpul,
Mandarine, dan Tart.
Makanan lainnya : Wingkobabat, Prol, Jenang.
Setelah
usaha ini mengalami kemajuan, perusahaan diserahkan kepada istri dari bapak H.
Suharno, yaitu ibu Hj. Suharno, karena bapak H. Harno mengembangkan usaha yang
lain, namun beliau masih berperan dalam perusahaan ini sebagai penasehat.
Perusahaan ini resmi berdiri dengan izin Departemen Kesehatan RI. No.
02912/B/SK/IX/86. Perusahaan roti “Bu Harno” terletak di wilayah kebupaten
Sukoharjo, tepatnya desa Sepat Rt 5 Rw 8, kelurahan Mertan, kecamatan
Bendosari.
Volume
penjualan adalah jumlah produk yang laku dijual oleh perusahaan yang dinyatakan
dalam rupiah setiap satu periode. Dengan mengetahui volume penjualan, maka
diharapkan perusahaan roti “Bu Harno” ini mampu menganalisa hasil penjualan
pada periode tahun lalu, dan menargetkan keuntungan hasil penjualan untuk
periode yang akan datang. Volume penjualan perusahaan roti “Bu Harno” dari
tahun 2000 sampai dengan 2004 adalah sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa volume penjualan perusahaan roti “Bu Harno” mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2000 sampai dengan 2004, biaya distribusi langsung selalu mengalami kenaikan. Disamping itu, perusahaan mencoba mengembangkan saluran distribusi lain, yaitu saluran distribusi tidak langsung. Biaya saluran distribusi tidak langsung adalah biaya yang timbul dengan adanya kegiatan distribusi hasil produksi dengan menggunakan agen, meliputi : biaya penjualan, biaya pembungkusan dan pengiriman, dan komisi perantara. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan tahun 2000 sampai dengan 2004 pada tabel sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel diatas total biaya distribusi tidak langsung dari tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami kenaikan, tetapi kenaikan yang paling menonjol pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2004 perusahaan mencoba menurunkan biaya distribusinya, dan hasilnya tetap adanya kenaikan pada volume penjualannya.
Dari
analisis estimasi return on investment, didapatkan hasil bahwa dengan
menggunakan saluran distribusi tidak langsung akan mendapatkan laba yang lebih
tinggi daripada menggunakan saluran distribusi langsung. Dari tabel efisiensi
biaya distribusi dan tabel estimasi return on invesment diatas dapat dilihat
perbandingan antara efisiensi biaya distribusi serta tingkat estimasi return on
investment-nya. Dalam analisis efisiensi, semakin kecil presentase efisiensi,
maka tingkat efisiensinya semakin tinggi, dan dalam estimasi return on
investment, semakin tinggi hasil estimasi return on investment-nya, maka
tingkat laba yang diperoleh juga akan semakin tinggi.
Dari
kedua analisis tersebut, menunjukkan bahwa saluran distribusi langsung biaya
distribusinya lebih efisien dari pada saluran distribusi tidak langsung.
Sedangkan saluran distribusi tidak langsung, tingkat estimasi return on
investment-nya lebih tinggi dari pada saluran distribusi langsung.
Kesimpulan :
Dari data dapat dilihat bahwa pada
tabel saluran distribusi dan analisis biaya distribusi, hasilnya apabila
menggunakan saluran distribusi tidak langsung memberikan hasil penjualan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan saluran distribusi langsung. Selain
itu, dengan analisis estimasi return on investment menunjukkan bahwa saluran
distribusi tidak langsung laba yang dihasilkan lebih optimal, volume
penjualannya juga lebih tinggi dibanding saluran distribusi langsung. Dalam
perhitungan ini, semakin tinggi hasil estimasinya, maka tingkat laba yang
diperoleh juga akan semakin tinggi.
Akan tetapi dalam hasil analisis biaya distribusi, menunjukkan saluran distribusi yang efisien digunakan oleh perusahaan adalah saluran distribusi langsung. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dengan membandingkan prosentase biaya saluran distribusi tidak langsung. Prosentase tingkat efisiensi saluran distribusi langsung lebih kecil dari pada saluran distribusi tidak langsung dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004.
Menurut saya perusahaan roti “Bu Harno” tetap mempertahankan saluran distribusi yang digunakan selama ini, karena kedua saluran tersebut mempunyai andil yang cukup besar bagi kelangsungan hidup perusahaan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari masing – masing saluran distribusi tersebut, yaitu :
Kelebihan distribusi langsung :
-
Adanya interaksi langsung dapat mengakrabkan hubungan antara
produsen dan konsumen.
- Tanggap dalam mengatasi keluhan dan pelayanan secara langsung terhadap konsumen.
- Biaya distribusi lebih efisien dan juga bisa menghasilkan
laba, meskipun tidak terlalu tinggi daripada menggunakan saluran distribusi
tidak langsung.
- Banyaknya konsumen dari sekitar perusahaan yang lebih suka datang langsung untuk melakukan pembelian atau pemesanan produk. Misalnya : Warga disekitar perusahaan yang punya hajat (pesta), mereka melakukan pembelian langsung ke perusahaan atau melalui pemesanan langsung.
Kekurangan distribusi langsung :
-
Jika terjadi kerusakan pada produk
adalah tanggungan perusahaan.
- Distribusi sulit didapatkan bila konsumen terdapat ditempat yang jauh, terpencil, dan terpencar.
Kelebihan distribusi tidak langsung
:
- Dengan saluran distribusi tidak
langsung, perusahaan memdapatkan laba yang lebih tinggi dari pada menggunakan
saluran distribusi langsung.
- Dapat menjangkau pasar/konsumen
lebih luas.
- Membantu perusahaan untuk mencapai para retail kecil
Kekurangan distribusi tidak langsung :
-
Harga produk relatif lebih mahal.
-
Tidak dapat berhubungan langsung
dengan konsumen.
- Perusahaan tidak mengetahui keluhan konsumen dangan cepat.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar